:. Bambang Suhartono' Blog .:

Home » 2014 » June

Monthly Archives: June 2014

Konsep Superneting

Setelah 1 minggu yang lalu saya menjelaskan mengenai konsep Subneting, kali ini saya akan menjelaskan mengenai konsep Superneting. Konsep Supernetting  adalah proses menggabungkan dua atau lebih blok IP address menjadi satu kesatuan. Jika proses subnetting dapat membagi sebuah network menjadi beberapa subnet, maka supernetting merupakan proses kebalikannya. Supernetting menggabungkan beberapa network yang berdekatan sehingga terbentukalah sebuah supernet. Pada umumnya diterapkan pada network yang cukup besar untuk memudahkan proses rounting. Supernetting disebut juga Classless Inter-Domain Rounting atau CIDR.

Konsep Superneting diciptakan dalam menanggapi kekurangan dari sistem “classful” untuk menangani internet protocol (IP) addresses didistribusikan ke dalam pools of pre-defined size yang dikenal sebagai blok. Supernetting ini memungkinkan organisasi untuk menyesuaikan ukuran jaringan mereka dan mengurangi kebutuhan peralatan routing jaringan dengan menjumlahkan rute yang terpisah.

Dengan supernets dan sistem pengalamatan classful, alamat IP dibagi menjadi minimal dua bagian: pengenal jaringan komputer yang menentukan suatu jaringan, dan pengenal host yang menentukan komputer atau perangkat lain pada jaringan. Panjang keseluruhan dari alamat IP terbatas, sehingga ukuran satu identifier membatasi ukuran yang lain. Sebelum konsep supernet, alamat IP dibagikan dalam bentuk balok, menurut sebuah “class” yang menentukan berapa banyak alamat didedikasikan untuk kedua jenis identifier.

Pada Address “Class A”, identifier jaringan cukup singkat, menyebabkan ruang untuk keperluan ini hanya 127 blok jaringan, sedangkan panjang relatif pengenal host memungkinkan masing-masing 127 jaringan memiliki lebih dari 16 juta host. Dua kelas umum lainnya adalah Class B, yang dapat mendukung hingga 65.534 host dan 16.384 jaringan, dan Class C, yang memungkinkan hanya 254 host, tetapi lebih dari dua juta jaringan.

(more…)